Kamis, 14 Juni 2012

= Pembukaan Pameran Seni Rupa TROPICAL UNIFORM


UNDANGAN
Pembukaan Pameran Seni Rupa
TROPICAL UNIFORM

Minggu, 10 juni 2012
18.00 wib

AJBS Gallery
Jl. Ratna No 14 Blok B-1
Surabaya
www.AJBSgallery.com

Artist;
Agus Baqul Purnomo, Dadi Setiadi, Heri Purwanto, Januri, Saftari, Sumbul Pranowo, Suryadi Suyamtina, dan Yaksa Agus

Kurator;
Edi Sutriyono

Pameran Berlangsung 10- 24 Juni 2012

RSVP : +62 31 502 1331

= " HEADS ON HEAD "



    • June 8 at 7:00pm
       until June 17 at 10:00pm
  • Sangkring Art Project
  • Langgeng Gallery invites you to attend the opening ceremony :

    " HEADS ON HEAD "

    Opening Ceremony
    8th June 2012 | 7.00 pm

    Performances :
    Hell's Kitchen | DJ Ones Negro
    MC : Uji Hahan & Ican Harem

    At :
    Sangkring Art Project
    Nitiprayan rt 01/rw 20 No.88
    Ngestiharjo, Kasihan, bantul, Yogyakarta

    this exhibition will be held until 17th June 2012


    Heads on a Head . With all the references, beliefs, and imaginations which cannot be separated from his aesthetic taste and intellectual capacity, the seven paintings modified by Dodo has kept challenging his ability to be the negation of Wedhar’s initial images. He obliterates the narratives developed by Wedhar by attaching or deleting particular elements so that they portray different ones as before. For Dodo, a painting can be said completed when he feels that he manages to fade out the traces of Wedhar’s character. Dodo has adopted the elements in Wedhar’s works as the centers to be developed but at the same time he obliterates them in the “Heads on a Head” project.

    In this context, I try to reflect on the “Heads on a Head” project. Dodo’s efforts to conquer Wedhar’s character in a piece of canvas are attempts to define his selfness throughout his consciousness that he cannot exist without the existence of the Other. He is fully aware that there are heads on his head and on those heads there are other ones.

    This project is Dodo’s efforts to discover his authenticity as a subject. Still, nonetheless, there are some open questions which I intend to leave in this writing. Is Dodo managed to defuse the original version of Wedhar’s works and make us forget them or do Dodo’s works make us recall and like the original ones more? Is the signature and name of a person named Wedhar still required when the purpose of this project is eventually to undermine his aesthetic character? We can think about the answer together with the heads in our heads.
    ( Brigitta Isabella )

= This is Slamet: Melihat Slamet dan Dunianya



    • June 6 at 7:00pm
       until June 20 at 10:00pm
  • Tembi Rumah Budaya, Jakarta. Jl.Gandaria I No.47
  • This is Slamet: Melihat Slamet dan Dunianya
    Oleh: Asep Topan
    Saya mengenal Slamet Rahardjo (seterusnya Lame) lebih kurang tiga tahun lalu, ketika kita sama-sama mengenyam pendidikan berkesenian di FSR IKJ. Sejak saat itu pula saya mengenal Lame beserta karya-karyanya. Tidak banyak yang berubah dalam pembentukan citraan yang ia tampilkan dalam pameran ini, jika saya mengingat apa yang telah ia kerjakan sebelumnya. Perihal bentuk, bisa saja Lame masih menginginkan setiap tinta hitamnya mendominasi. Setiap bentuk dirumuskan dengan garis tegas dan rapih. Setiap tokoh kartun favoritnya masih tampak, teks-teks senantiasa hadir. Tapi ada perkembangan dalam sisi pembentukan wacana yang terlihat disini; perkembangan ini justru menyempit dan terfokus pada dirinya sendiri: This is Slamet!
    Pada sebagian besar karya dalam pameran ini, terlihat jelas jika proses berkarya Lame terfokus pada menghasilkan karya dari aktifitasnya sehari-hari. Dengan memanfaatkan panca indera dan emosinya, sederet kejadian ini –seperti yang dikatakan Lame– menghasilkan informasi untuk berkarya. Pada bagian ini ia menganggap semuanya sebagai “Tiruan”, sama sekali tidak ada kemurnian.
    Kemungkinan ia menjelajahi ruang imajinasi sangat luas, ditambah dengan responnya terhadap dunia disekelilingnya yang terus berkembang. Bisa diambil contoh dalam karya “seri kutipan” (sebut saja seperti itu) yang menampilkan beberapa kutipan teman-teman Lame, termasuk saya sendiri, seperti: Hoax Lu Me!!!, Katrok Lo Me!!!, dan Nol Lu Me!!! Teks, yang kerap kali ditampilkan dalam setiap karya Lame beberapa tahun belakangan, diperlihatkan lebih dominan dalam karya-karya ini. Ia hadir bukan sebagai pelengkap obyek yang ilustratif, melainkan ia menjelma obyek utama dalam karya tersebut.
    Ada yang lain ketika melihat karya berjudul “Seni Itu Indah”, sebuah karya fokus kepada satu kalimat dari kitab suci. Pemilihan warna merah yang tersirat di tengah memberikan kesan ada cahaya yang berpendar, jika dilihat dari jarak yang tepat. Juga yang saya maksud lain dalam karya ini ialah, Lame tidak berusaha membuatnya dekoratif seperti karya-karya kaligrafi Islam pada umumnya, namun dengan hadirnya garis-garis melingkar diluar kalimat itu sendiri, telah memberikan kesan sebuah karya yang dekoratif, meskipun dengan latar warna biru dan merah yang ekspresif.
    Beberapa karya Landscape semakin meminimalisir dominasi karya-karya animasi yang biasa Lame buat. Sebuah karya landscape dipenuhi tulisan “ini lukisan Mooi Indie” terlihat justru sangat tidak Mooi Indie. Bukan hanya dari tingkat kehalusan sapuan kuas yang mungkin tidak akan pernah dibuat oleh Lame, tapi obyek yang ia pilih sangat jauh dari lukisan Mooi Indie yang kita kenal selama ini. Di sini Lame menghadirkan laut, di balik pegunungan. Bisa saja ia tidak sengaja menampilkan laut, atau justru ia ingin “mengingatkan” bahwa sebagian besar wilayah Indonesia adalah perairan, lalu timbulah pertanyaan kenapa Mooi Indie itu identik dengan pegunungan?
    Pameran This is Slamet membawa kita kepada kenyataan-kenyataan dalam diri Slamet Rahardjo, atau Lame. Semua karya yang kita lihat di sini merupakan representasi Lame terhadap kejadian di lingkungannya, dalam kesehariannya. Kita dengan mudah memahami dunianya dengan melihat sosok-sosok animasi, hal yang berkaitan dengan vespa, Persib Bandung, kaligrafi dan KTPS yang memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam dia dan lingkungannya. Semua tersaji dalam warna-warna yang ia tampilkan, pada setiap garis putus-putus yang berperan menjadi latar. Serta teks-teks yang lebih tegas, dan senantiasa ia hadirkan.
    Ya, inilah Slamet.

= WORKSHOP FOTOGRAFI JALANAN:



    • June 3 at 8:00am
       until August 5 at 12:00pm
  • Bautanah Galeri Belajar, Aula lantai II Stasiun Cikini Jakarta
  • Dalam Rangka ikut Mencerdaskan Kehidupan Anak Bangsa, dan sesuai dengan motto kita "Satu Karya Loe Bikin Pinter Anak Bangsa"

    BAUTANAH GALERI JALANAN mengadakan program belajar Fotografi gratis dengan konsep kebersamaan untuk masyarakat umum yakni:

    ... WORKSHOP FOTOGRAFI JALANAN:
    ...
    KELAS BASIC FOTOGRAFI angkatan ke XI

    Materi yang diberikan:
    - Pengenalan Dasar-dasar Fotografi
    - Pengenalan Kamera Analog dan Digital.
    - Pencahayaan dan Komposisi.
    - Praktek Memotret (Hunting & Studio)
    - Karya dipamerkan di Galeri Jalanan BauTanah

    Pengajar : Tirtoandayanto M R (Pengajar Fotografi) dan Rekan-rekan BauTanah.
    Juga Tamu Pengajar dari Para Praktisi Fotografer Profesional.

    Lama Workshop 5 kali Pertemuan + 1 Kuliah umum

    Di Pertemuan ke 6,ada tambahan materi kuliah umum dari tamu pengajar.

    Workshop setiap Hari Minggu mulai Pk.08.00-12.00wib
    Kelas perdana mulai : Minggu, 3 Juni 2012

    Tempat workshop: Lorong Aula Pertokoan lt.2 Stasiun Cikini, Jakarta

    Kelas untuk angkatan ke-XI (Dalam Konfirmasi)


    Tiap kelas (Angkatan) dibatasi maks 15-20 orang, karena untuk kenyamanan belajar mengajar...


    Syarat Peserta:
    - Umum.
    - Usia min 10 tahun dan Jenis kelamin bebas.
    - Mendaftar untuk menjadi peserta Workshop.
    - Pendaftaran & Pendidikan Workshop GRATIS.


    Pendaftaran ke:

    Sekretariat BAUTANAH :
    Warung & Lapak Frame Poster, Pertokoan Stasiun Cikini. Jl..Pegangsaan Timur,Menteng.Jakarta Pusat. Indonesia.
    (Seberang Apartemen Menteng Prada).

    Atau, menghubungi:
    Nufus : 08561491793
    Dudunk : 08128308200

    Pendaftaran sampai dengan 27 Mei 2012, TEMPAT TERBATAS..
    Pendaftaran ulang 27 Mei 2012


    NOTE:
    - Membeli Baju Peserta Rp. 50.000
    - Setiap Pertemuan membayar Kas Rp. 10.000 untuk Biaya oprasional ( Makan & Minum Instruktur, Materi, Biaya Perawatan Alat)
    - Jika kuota tiap angkatan sudah penuh (15-20 orang), calon peserta yang tidak masuk kuota diharapkan untuk mengikuti kelas angkatan berikutnya..

= KOMPETISI FOTOGRAFI


    • June 2 at 6:30pm until June 17 at 5:00pm
  • Lobby Sheraton Surabaya Hotel
  • Pameran : 2 - 17 Juni

    PEMBUKAAN:
    Sabtu, 2 Juni 2012
    pk. 18.30
    Lobby - Sheraton Hotel, Jl. Embong Malang 25 - 31 Surabaya

    Pameran terbuka untuk umum. Free entrance.
    ..............

    KOMPETISI FOTOGRAFI

    Tema "Fashion Story(ies)"

    Sheraton Surabaya dan IFI Surabaya menyelenggarakan Kompetisi Fotografi bertema “Fashion Story(ies)” berhadiah utama tiket pesawat pergi-pulang Singapura – Paris, yang disponsori oleh Air France.

    Pendaftaran & pengumpulan karya fotografi bagi peserta kompetisi paling lambat 10 Juni 2012.

    Info Kompetisi :
    Sheraton Surabaya, 0878 7867 2150 (Mohan) / 031-70027785 (Agus L. Priyanto).

    Pengumuman pemenang :
    14 Juni
    dimeriahkan oleh pagelaran Fashion Show menampilkan karya perancang Indonesia, di Imperial - Pakuwon Golf & Family Club

    Karya pemenang kompetisi akan dipamerkan pada :
    15 – 17 Juni 2012 di Sheraton Surabaya.

    ::::::::::::::

    Pameran "Fashion Story(ies)"
    Koleksi foto bergengsi ini dirancang oleh galeri Polka di Paris yang mengkhususkan diri dalam fotografi kontemporer, menangkap berbagai tokoh Haute Couture yang menawan, menampilkan suasana di belakang layar pada peragaan busana serta lingkungan kerja pada desainer papan atas seperti: Dior, Christian Lacroix dan Yves Saint Laurent.

    Derek Hudson, Francoise Huguier, Jean- Marie Perier dan Gerad Uferas, empat fotografer terkenal, telah menangkap momen spesial dalam dunia mode yang memukau.