http://www.pii-mesir.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=86
Batik; Seni Eksotik Bangsa Bertaraf Internasional
Contributed by Siti Majidah (Kru Musafir)
Senin, 08 Oktober 2007
Last Updated Senin, 08 Oktober 2007
Salah satu hasil karya rakyat bangsa yang sampai saat ini masih membuat dunia terkagum-kagum dan bahkan terpesona adalah Batik. Batik merupakan produk budaya Indonesia yang sangat unik dan merupakan kekayaan budaya yang harus dilestarikan dan dibudidayakan. Selain itu, batik juga merupakan salah satu solusi potensial untuk
mendongkrak devisa negara melalui revitalisasi industri kecil dan menengah. Hingga kini batik digunakan sebagai pakaian yang sangat eksotis. Khususnya kerena motifnya yang unik dan beragam baik itu di mata masyarakat pribumi sendiri ataupun pendatang asing dan tidak terkecuali masisir. Bagi masisir sendiri batik merupakan pakaian favorit musim panas khususnya bagi yang berasal dari suku Jawa karena, bahannya yang sesuai dengan udara panas.
Namundi balik itu, ternyata seni batik mempunyai sejarah yang tidak banyak orang ketahui.
Sejarah asal muasal batik menurut salah satu sumber tidak dapat diketahui dengan pasti. Akan tetapi artefak batik diperkirakan telah berusia lebih dari 2000 tahun. Pakaian yang bernuansa batik telah dipakai oleh hampir seluruh bangsa melayu mulai dari kaum bangsawan hingga rakyat jelata, jauh hari sebelum Republik ini berdiri.
Namun beberapa sumber mengatakan bahwa sejarah perbatikan di Indonesia sangat berkait kelindan dengan perkembangan kerajaan Mataram dan penyebaran Islam di Jawa. Kemudian berangsur-angsur meluas hingga menjadi
milik rakyat Indonesia secara umum, khususnya masyarakat suku Jawa. Perkembangan batik tercatat telah berkembang
dengan pesat setelah abad ke XVIII atau awal abad XIX. Dari mulai batik tulis hingga batik cap yang mulai dikenal pasca
perang dunia pertama. Adapun kaitannya dengan penyebaran Islam yaitu karena batik banyak diproduksi oleh para
santri dan dijadikan sebagai alat perjuangan ekonomi bagi tokoh-tokoh pejuang muslim di masa kolonial Belanda.
Dalam proses pembuatannya, Batik ternyata memakan proses yang cukup lama dan rumit. Mulai dari pemilihan kain
yang bagus dan sesuai, kemudian obat batik, dan penyablonan atau pengecatan/pelukisan seni batik. Adapun
prosesnya, dimulai dari pembuatan pola, kemudian penutupan dan pewarnaan dilakukan berulang-ulang hingga
mendapat hasil yang diinginkan. Proses penutupan kain dengan bahan malam atau semacam bahan lilin dilakukan agar
pori-pori kain tidak terwarnai. Alat yang digunakan untuk proses penutupan adalah Canting, Anglo atau kompor dan
wajan kecil untuk memanasi malam. Namun yang paling rumit adalah seni batik canting karena membutuhkan
ketrampilan yang khusus dan sedikit orang yang mampu untuk membuat batik canting. Rata-rata masyarakat yang
terampil dalam menghasilkan produksi batik canting adalah masyarakat di daerah Pekalongan, Surakarta dan
Jogjakarta. Pemilihan bahan atau obat batiknya pun tidak boleh asal-asalan karena akan berpengaruh pada kualitas
batik tersebut. Sebab jika terjadi kesalahan dalam memilih obat batik maka bisa menyebabkan rusaknya kelunturan kain
batik tersebut. Macam-macam obat batik beranekaragam, diantaranya adalah manotex, Biru B, kalpurit, red dan lain
sebagainya.
Keunikan seni batik sendiri dapat dilihat motifnya yang beraneka ragam mulai dari motif yang bernuansa klasik hingga
modern. Definisi dari motif adalah corak-corak hiasan yang digunakan dalam proses melukis atau menerapkan batik.
Bentuknya berupa dua motif bentuk utama yaitu, motif organik dan geomatik. Motif organik merupakan motif yang
berunsurkan alam seperti tumbuhan-tumbuhan, bunga-bungaan dan hewan. Sedangkan motif geomatrik ada beberapa
macam seperti pucuk rebung dan motif bunga kotak bercampur.
Para panelis dan perancang mode internasional seperti Jepang mengakui bahwa batik bisa memberikan sebuah
inspirasi tersendiri dalam menghasilkan sebuah trend pakaian bertaraf internasional. Banyak sekali trend baju
kontemporer yang mulai berkiblat dan memanfaatkan seni batik. Hingga saat ini minat masyarakat mancanegara
terhadap batik sangatlah besar. Itu bisa dilihat dari banyaknya permintaan dari mereka untuk mengimpor batik Indonesia
ke negara mereka. Harga batikpun sangat bervariasi tergantung dari kualitas kain, obat yang digunakan dan proses
pembuatannya. Bahkan harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah terutama jika peminat atau pembelinya adalah para
pelancong mancanegara.
Namun sepertinya Batik yang merupakan produk peradaban dan kebudayaan Nusantara kita sedang hampir mengalami
'kecolongan'. Seni Batik kurang terperhatikan untuk diberdayakan sebagai sumber devisa yang sangat potensial. Jika
kondisi ini kita relakan berjalan dengan apa adanya, maka bisa diprediksikan negara kita akan mengalami kerugian yang
sangat memprihatinkan. Kerugian tersebut tidak hanya dari segi materi yang mana bisa kita daya gunakan untuk
mendongkrak devisa negara melalui sektor pariwisata maupun ekspor-impor. melainkan juga kerugian dari segi
keotentikannya sebagai produk peradaban bangsa Indonesia akan terancam semakin samar di mata dunia
internasioanal dan lama kelamaan akan luntur ditelan zaman.
Betapa tidak, batik yang selama ini telah menjadi maskot visualisasi kekayaan budaya kita di mata dunia mulai
mengabur originalitasnya sebagai salah satu kekayaan khazanah budaya Nusantara. Bahkan ironisnya, batik siap
"diserobot" oleh negara lain sebagai produk original negara mereka. Namun yang terpenting, apakah kita sang penerus
tongkat estafeta kehidupan bangsa tahu atau setidaknya peduli dengan fakta ini?. Mungkin bisa dibilang sedikit sekali
yang peduli akan hal tersebut karena mayoritas masyarakat kita masih memandang batik sebelah mata. Begitu pula halnya dengan pemerintah kita yang kurang intens atau peduli dengan industri perbatikan Nusantara. Padahal jika
masyarakat dan pemerintah mau dan bersama-sama peduli, pasti sekarang bahkan mungkin sudah sejak lama, batik menjadi sebuah karya dan primadona masyarakat dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar