Kurator : Kuss Indarto
Pembukaan : Rabu, 15 Juli 2009 pukul 19:30
Tempat : Taman Budaya Yogyakarta
Jl. Sriwedari 1 Yogyakarta
Dibuka oleh : Nasirun
Musik : Campursari “Rarasati”
MC : Hadi Soes, SE & Emy KDI
Pameran : Tanggal 15 - 22 Juli 2009 pukul 10:00 – 20:00 WIB
Konsep kreatif yang mendasari proses kekaryaannya ini, yang bertajuk Virtual Displacement, dengan jelas mempertontonkan geliat kritisismenya dalam menyimak tiap gejala sosial yang berkelindan di lingkungan sosial kemasyarakatan di seputar mata kepala dan batinnya. Memang tidak semua gejala dipelototinya. Namun ada kotak penegasan atas tema yang diambilnya, yakni gejala umum yang mempertautkan antara realitas kemasyarakatan dan relasinya dengan teknologi, terkhusus pada teknologi digital. Ini memang sebuah gejala global yang berimbas teramat banyak terhadap berbagai kawasan. Kini, kita bisa mengalami bersama bahwa kemajuan teknologi telah memberi pembentangan kemungkinan jagad hingga perluasan medan pengalaman yang berbeda yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Kehadiran karya-karya Rusnoto memang tidak secara sengaja mengambil titik tegas. Karya-karya Rusnoto seperti masih bergerak untuk membuat narasi atas situasi yang berada di sekelilingnya, dan belum mempersuasi kepada apresian atas sikap pribadinya terhadap kehadiran teknologi. Dalam kapasitasnya sebagai seniman juga bagian dari masyarakat dunia ketiga yang ramai-ramai menjadi konsumen atas gempuran kehadiran teknologi, karya juga sikap dan pemikiran Rusnoto, seperti tampil sebagai seorang penyaksi. Dia tengah mengabarkan atas semua yang dialami saat ini.
Cara ungkapnya yang secara visual bergeser dari kecenderungannya sekitar dua tahun lalu, telah cukup selaras dalam menjemput garis kesesuaiannya dengan torehan temanya. Beberapa citraan yang tertera hampir pada tiap kanvasnya seperti simbol visual yang merujuk pada bangunan citra berbau teknologis terasa tertata cukup rapi, terukur bagai diolah lewat standar baku yang berkait dengan barang teknologi, dan semacamnya. Semuanya, untuk sementara ini, berjalan “baik-baik saja”. Selebihnya, Rusnoto mesti memberi agenda yang tegas, misalnya, tentang sikapnya terhadap geliat progresivitas teknologi yang terasa menusuk agresif di segala kisi kehidupan kita. Dari sini, dimungkinkan karyanya akan lebih “berbunyi”, dan tidak sekadar menjunjung eksotisme visual. Semoga!
Silakan diapresiasi…
-o0o-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar